terutamasehat.blogspot.com - 1 Maret selalu diingat sebagai salah satu tanggal paling bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Sebuah serangan umum TNI pada tanggal 1 Maret 1949 telah berhasil mengacak-acak pertahanan pasukan Belanda dan mampu menguasai kota Yogyakarta selama 6 jam.
Dibalik keberhasilan spektakuler TNI menghajar pasukan Belanda, terselip kisah unik tentang hampir gagalnya serangan besar-besaran tersebut akibat adanya anggota TNI yang melakukan kesalahan sepele namun fatal.
Dalam biografi Soeharto berjudul, "Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya", diceritakan bagaimana kagetnya beliau begitu sirine pagi tanda berakhirnya jam malam tanggal 28 Februari 1949 berakhir, tiba-tiba terdengar suara ledakan dan tembakan gencar di arah kota Yogya. Pasukan TNI telah melancarkan serangan. Padahal, serangan umum seharusnya dilakukan sehari lagi. Siapa yang berulah merusak rencana besar ini?
Dengan cepat Letkol Soeharto mengirim utusannya untuk melihat dan menghentikan serangan tersebut. Letnan Sugiyono dan Letnan Gideon dengan beberapa anak buahnya akhirnya berhasil menyampaikan perintah mundur kepada pasukan yang ternyata dipimpin oleh Letnan Komaruddin.
Belakangan, Letnan Komar mengaku kalau ia khilaf melakukan serangan karena salah melihat tanggal. Ia mengira hari itu adalah tanggal 1 Maret, hari dimana ia harus menggempur habis-habisan pasukan musuh.
Meski melakukan kesalahan, ternyata ada hikmah besar dibaliknya. Belanda yang sebenarnya telah mendapatkan informasi intelejen mengenai serangan yang akan dilakukan secara besar-besaran oleh TNI menjadi terkecoh. Pasukan Belanda tahu akan ada serangan besar tapi tak tahu kapan tanggal persis serangan akan dilakukan.
Alhasil, pasukan Belanda mengira serangan salah tanggal itulah serangan umum dari TNI. Akibatnya pengamanan mereka mengendur dan tak menyangka serangan sebenarnya datang satu hari kemudian.
Tanggal 1 Maret 1949, pagi hari, serangan secara besar-besaran yang serentak dimulai, dengan fokus serangan adalah Ibukota Republik, Yogyakarta. Pada saat yang bersamaan, serangan juga dilakukan dengan fokus penyerangan adalah kota Solo, guna mengikat tentara Belanda dalam pertempuran agar tidak dapat mengirimkan bantuan ke Yogyakarta.
Pos komando ditempatkan di desa Muto. Pada malam hari menjelang serangan umum itu, pasukan telah merayap mendekati kota dan dalam jumlah kecil mulai disusupkan ke dalam kota. Pagi hari sekitar pukul 06.00, sewaktu sirene dibunyikan serangan segera dilancarkan ke segala penjuru kota.
Dalam penyerangan ini Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari sektor barat sampai ke batas Malioboro. Sektor Timur dipimpin Ventje Sumual, sektor selatan dan timur dipimpim Mayor Sardjono, sektor utara oleh Mayor Kusno. Sedangkan untuk sektor kota sendiri ditunjuk Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki sebagai pimpinan. TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 siang, sebagaimana yang telah ditentukan semula,seluruh pasukkan TNI mundur.
Salah satu foto dari buku berjudul "Album Perjuangan Kemerdekaan Indonesia 1945-1946" terekam sebuah momen dimana Jenderal Sudirman tampak sedang menepuk bahu seorang prajuritnya yang tak lain adalah Letnan Komaruddin.
Dalam keterangan foto disebutkan Jenderal Sudirman keluar dari persembunyiannya selama gerilya dan disambut dengan apel pasukan. Secara khusus Jenderal Sudirman mendatangi Letnan Komaruddin dan menyampaikan teguran sekaligus penghargaan atas aksi salah tanggal serangan yang malah menguntungkan TNI. Letnan Komaruddin menangis terisak sambil berkata : "Siap Panglima! Saya tak akan mengulanginya!"
Peristiwa serangan salah tanggal Letnan Komar diabadikan dalam salah satu adegan di film "Janur Kuning". Pada akhir karir militernya, Letnan Komar mengundurkan diri dari kemiliteran dan meninggal sekitar tahun 1970-an di Sleman, Yogyakarta.
Sumber :
https://history1978.wordpress.com/2016/03/07/letnan-komarudin-sang-fenomenal/
http://antiterali.blogspot.co.id/2015/04/fakta-sejarah-serangan-umum-1-maret.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_Umum_1_Maret_1949
Dibalik keberhasilan spektakuler TNI menghajar pasukan Belanda, terselip kisah unik tentang hampir gagalnya serangan besar-besaran tersebut akibat adanya anggota TNI yang melakukan kesalahan sepele namun fatal.
Dalam biografi Soeharto berjudul, "Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya", diceritakan bagaimana kagetnya beliau begitu sirine pagi tanda berakhirnya jam malam tanggal 28 Februari 1949 berakhir, tiba-tiba terdengar suara ledakan dan tembakan gencar di arah kota Yogya. Pasukan TNI telah melancarkan serangan. Padahal, serangan umum seharusnya dilakukan sehari lagi. Siapa yang berulah merusak rencana besar ini?
Dengan cepat Letkol Soeharto mengirim utusannya untuk melihat dan menghentikan serangan tersebut. Letnan Sugiyono dan Letnan Gideon dengan beberapa anak buahnya akhirnya berhasil menyampaikan perintah mundur kepada pasukan yang ternyata dipimpin oleh Letnan Komaruddin.
Belakangan, Letnan Komar mengaku kalau ia khilaf melakukan serangan karena salah melihat tanggal. Ia mengira hari itu adalah tanggal 1 Maret, hari dimana ia harus menggempur habis-habisan pasukan musuh.
Meski melakukan kesalahan, ternyata ada hikmah besar dibaliknya. Belanda yang sebenarnya telah mendapatkan informasi intelejen mengenai serangan yang akan dilakukan secara besar-besaran oleh TNI menjadi terkecoh. Pasukan Belanda tahu akan ada serangan besar tapi tak tahu kapan tanggal persis serangan akan dilakukan.
Alhasil, pasukan Belanda mengira serangan salah tanggal itulah serangan umum dari TNI. Akibatnya pengamanan mereka mengendur dan tak menyangka serangan sebenarnya datang satu hari kemudian.
Tanggal 1 Maret 1949, pagi hari, serangan secara besar-besaran yang serentak dimulai, dengan fokus serangan adalah Ibukota Republik, Yogyakarta. Pada saat yang bersamaan, serangan juga dilakukan dengan fokus penyerangan adalah kota Solo, guna mengikat tentara Belanda dalam pertempuran agar tidak dapat mengirimkan bantuan ke Yogyakarta.
Pos komando ditempatkan di desa Muto. Pada malam hari menjelang serangan umum itu, pasukan telah merayap mendekati kota dan dalam jumlah kecil mulai disusupkan ke dalam kota. Pagi hari sekitar pukul 06.00, sewaktu sirene dibunyikan serangan segera dilancarkan ke segala penjuru kota.
Dalam penyerangan ini Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari sektor barat sampai ke batas Malioboro. Sektor Timur dipimpin Ventje Sumual, sektor selatan dan timur dipimpim Mayor Sardjono, sektor utara oleh Mayor Kusno. Sedangkan untuk sektor kota sendiri ditunjuk Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki sebagai pimpinan. TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 siang, sebagaimana yang telah ditentukan semula,seluruh pasukkan TNI mundur.
Salah satu foto dari buku berjudul "Album Perjuangan Kemerdekaan Indonesia 1945-1946" terekam sebuah momen dimana Jenderal Sudirman tampak sedang menepuk bahu seorang prajuritnya yang tak lain adalah Letnan Komaruddin.
Dalam keterangan foto disebutkan Jenderal Sudirman keluar dari persembunyiannya selama gerilya dan disambut dengan apel pasukan. Secara khusus Jenderal Sudirman mendatangi Letnan Komaruddin dan menyampaikan teguran sekaligus penghargaan atas aksi salah tanggal serangan yang malah menguntungkan TNI. Letnan Komaruddin menangis terisak sambil berkata : "Siap Panglima! Saya tak akan mengulanginya!"
Peristiwa serangan salah tanggal Letnan Komar diabadikan dalam salah satu adegan di film "Janur Kuning". Pada akhir karir militernya, Letnan Komar mengundurkan diri dari kemiliteran dan meninggal sekitar tahun 1970-an di Sleman, Yogyakarta.
Sumber :
https://history1978.wordpress.com/2016/03/07/letnan-komarudin-sang-fenomenal/
http://antiterali.blogspot.co.id/2015/04/fakta-sejarah-serangan-umum-1-maret.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_Umum_1_Maret_1949
Kisah Heroik Serangan "Salah Lihat Tanggal" Letnan Komar
Reviewed by JMG
on
March 01, 2017
Rating:
No comments: